Pages

Subscribe:

Selasa, 23 April 2013

Hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan tumbangnya dua buah pohon besar dan menimpa rumah warga di dusun Kembangsari Srimartani Piyungan Bantul Yagyakarta.


      BANTUL - Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi sore tadi mengakibatkan dua buah pohon  tumbang dan menimpa dua rumah  warga di dusun Kembangsari Srimartani Piyungan Bantul Yogyakarta.

      Pohon tersebut adalah pohon jati dan pohon kelapa berukuran besar,  pohon jati menimpa halaman sekaligus dapur rumah milik Bpk Sarjono sedangkan pohon kelapa menimpa rumah milik bpk Jumadi.

     Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIB saat hujan deras disertai angin kencang mengguyur kawasan Kecamatan Piyungan dan sekitarnya. Pasca kejadian warga sekitar berdatangan untuk melakukan pertolongan dibantu beberapa relawan FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana) dan beberapa  personil dari Kepolisian POLDA Kabupaten Bantul. Saat ini bantuan logistik sementara sudah di berikan oleh BPBD  yang meliputi terpal, makanan siap saji dll.

    Tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini namun ibu Sariyem 40th yang juga istri dari Bpk Jumadi mengalami luka ringan saat berusaha melarikan diri keluar rumah, saat ini korban sudah di evakuasi dan di berikan pertolongan langsung oleh tenaga medis terdekat.

   Setelahsemua pohon yang menimpa rumah selesai di bersihkan dilanjutkan dengan menebang pohon di sekitar rumah korban yang dirasa membahayakan. (Ek)


Baca selengkapnya »

Rabu, 07 November 2012

Lelaku Sunan Kalijaga Lewat Bima Suci

Jalan untuk mendekat pada GUSTI ALLAH disebut dengan Suluk. Sementara manusia yang mencari jalan untuk mendekat pada GUSTI ALLAH disebut dengan Salik. Kerinduan akan dekatnya diri dengan GUSTI ALLAH ini menjadikan seseorang mulai mencari asal mula dirinya dan bakal ia bawa kemana hidupnya ini.

Hal itulah yang juga pernah terjadi pada Kanjeng Sunan Kalijaga. Beliau mencari sesuatu yang hakiki dari hidup ini. Dan hal itu telah ditemukannya. Namun beliau tidak semata-mata ingin membuka pengalaman spiritual beliau tersebut secara gamblang. Sunan Kalijaga cenderung lebih memilih untuk menyamarkan pengalaman spiritualnya lewat kisah pewayangan dengan lakon Dewaruci atau kadangkala orang menyebutnya lakon wayang Bima suci.

Dalam lakon Dewaruci tersebut, mengisahkan tentang petualangan Bima dalam mencari tirta pawitra atau ‘Sangkan Paraning Dumadi’. Proses pencarian jati diri yang akhirnya menemukan ‘Sangkan Paraning Dumadi’ tersebut di kalangan umat Islam sesuai dengan Hadist Kanjeng Nabi Muhammad yang berbunyi “Man arafa nafsahu faqad rabbahu” yang artinya, ‘Barang siapa mengenal dirinya niscaya dia mengenal Tuhannya’.

Bagian cerita Dewaruci menceritakan bahwa Bima berserah diri pada gurunya. Sehabis berperang melawan Raksasa Rukmuka dan Rukmakala di Gunung Candramuka Hutan Tikbrasara, Bima kembali pada Pendeta Durna. Air suci yang diperintahkan Pendeta Durna untuk mencarinya tidak didapat. Ia menanyakan di mana tempat tirta pawitra yang sesungguhnya. Pendeta Durna menjawab, “Tempatnya berada di tengah samudra”. Mendengar jawaban itu Bima tidak putus asa dan tidak gentar. Ia menjawab, “Jangankan di tengah samudra, di atas surga atau di dasar bumi sampai lapis tujuh pun ia tidak akan takut menjalankan perintah Sang Pendeta”.

Ia segera berangkat ke tengah samudra. Semua kerabat Pandawa menangis mencegah tetapi tidak dihiraukan. Keadaan Bima yeng berserah diri jiwa raga secara penuh kepada gurunya. Berangkatlah Bima ke tepi lautan. Tanpa ragu-ragu iapun melangkah ke tengah laut karena meyakini apa yang dicarinya ada di tengah samudra.

Ketika berada di tengah samudra itulah, Bima bertemu dengan Dewaruci yang bertubuh kecil. Sang Dewaruci menegur Bima,”Hai Bima, apa yang kau cari di tengah samudra ini?” Bima pun menjawab dengan sigap bahwa dirinya mencari tirta pawitra seperti diperintahkan gurunya, Begawan Durna. Dewaruci memperingatkan Bima bahwa apa yang dicarinya tidak ada di tengah samudra. Tetapi Bima tetap ngotot ingin mencari.

Singkat cerita, lantaran tekad Bima yang sangat besar itu, Dewaruci memerintahkan pada Bima untuk masuk ke dalam badan Dewaruci yang kecil. Seketika Bima pun tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana aku yang bertubuh besar bisa masuk ke dalam badanmu yang kecil? Itu jelas tidak mungkin,” kata Bima. Tetapi Dewaruci pun menjawab,”Hai Bima, besar mana tubuhmu dengan alam semesta ini?” Bima menjawab,” Jelas lebih besar alam semesta ini.” “Lha alam semesta yang katamu besar ini saja bisa masuk ke dalam tubuhku, mengapa kamu tidak bisa masuk? Kamu pasti bisa masuk,” tegas Dewaruci sembari memerintahkan Bima untuk masuk ke dalam badan Dewaruci melalui ‘telinga kiri’ sang Dewaruci.

Setelah masuk badan Dewaruci, Bima merasakan bahwa dirinya tidak melihat apa-apa. Yang ia lihat hanyalah kekosongan pandangan yang tak terhingga. Ke mana pun ia berjalan yang ia lihat hanya angkasa kosong, dan samudra yang luas yang tidak bertepi. Bima tidak tahu lagi mana arah barat dan timur, selatan dan utara. Semuanya serba membingungkan. Tiba-tiba ia melihat cahaya. Cahaya yang dilihat Bima beraneka macam warna. Beraneka macam warna cahaya itu dikalangan orang-orang yang lelaku disebut Pancamaya.

Bima melihat empat warna cahaya, yaitu: hitam, merah, kuning, dan putih. Warna-warna itu melambangkan aneka nafsu yang merupakan penghalang cipta, rasa dan karsa untuk bertemu dengan GUSTI ALLAH. Nafsu yang muncul dari warna hitam disebut aluamah, yang dari warna merah disebut amarah, dan yang muncul dari warna kuning disebut sufiah. Nafsu aluamah amarah, dan sufiah merupakan selubung atau penghalang untuk bertemu dengan GUSTI ALLAH.

Hanya yang putih yang nyata. Hati tenang tidak macam-macam, hanya satu yaitu menuju keutamaan dan keselamatan. Namun, yang putih ini hanya sendiri, tiada berteman sehingga selalu kalah. Jika bisa menguasai yang tiga hal, yaitu yang merah, hitam, dan kuning, manunggalnya hamba dengan Tuhan terjadi dengan sendirinya; sempurna hidupnya.

Setelah itu warna-warna yang dilihat Bima itupun hilang dan berganti dengan 8 warna. Siji wolu kang warni ‘sinar tunggal berwarna delapan’. Disebutkan bahwa sinar tunggal berwarna delapan adalah “Sesungguhnya Warna”, itulah Yang Tunggal. Seluruh warna juga berada pada Bima. Demikian pula seluruh isi bumi tergambar pada badan Bima. Dunia kecil, mikrokosmos, dan dunia besar, makrokosmos, isinya tidak ada bedanya. Jika warna-warna yang ada di dunia itu hilang, maka seluruh warna akan menjadi tidak ada, kosong, terkumpul kembali kepada warna yang sejati, Yang Tunggal.

Setelah itu, Bima melihat benda bagaikan boneka gading yang bersinar. Itu adalah Pramana, secara filosofis melambangkan Roh. Pramana ‘Roh’ kedudukannya dibatasi oleh jasad. Seusai semuanya, Bima tidak lagi merasakan apa-apa. Ia merasakan dirinya sudah tidak ada dan lenyap bersama dengan KeberadaanNYA. Bima tak merasakan khawatir, tidak ingin makan dan tidur, tidak merasakan lapar dan mengantuk, tidak merasakan kesulitan, hanya nikmat semata. Hal ini menyebabkan Bima betah berlama-lama di tempat dan kondisi tersebut .

Pencarian Bima Suci itupun akhirnya berakhir dengan kebahagiaan. Bukankah kebahagiaan dan ketentraman dalam hidup dan hidup serasa diayomi dan dilindungi itu yang kita cari? Untuk itu, tidak ada salahnya jika kini Anda mulai menjadi seorang salik yang mencari suluk sejati seperti halnya laku Sunan Kalijaga yang disamarkan lewat kisah Bima Suci atau Dewaruci.
Baca selengkapnya »

Senin, 05 November 2012

LOBA SUSUR SUNGAI KALIGAWE 2012


PERSYARATAN PESERTA

KEGIATAN SUSUR SUNGAI KALIGAWE 2012

Tanggal 11 November 2012

A.      Ketentuan Umum

    Jenis Kegiatan                  : Lomba Susur Sungai Kaligawe 2012
    Bentuk kegiatan               : Penyusuran Kaligawe, sepanjang 1,5 KM
    Aktivitas                           : Membuat catatan perjalanan dan melakukan pemungutan sampah
     Start                               : Bumi perkemahan Pangkah Srimulyo Piyungan
                Finish    : Balai Dusun Pos Piyungan (utara jembatan)
    Jumlah Peserta                 : 1 tim terdiri dari 5 orang
    Usia                                 : usia > 13 thn (setara kelas 3 SMP ke atas)
    Unsure                             : Masyarakat Umum, Ormas, Komunitas Lingkungan, muda/i, Pramuka,  OSIS, Relawan Bencana, dan sebagainya
    Kesehatan                          : Sehat Jasmani dan Rohani
    Asal Peserta                       : berasal dari wilayah DIY

B.      Ketentuan Khusus

    Biaya Pendaftaran         :  Rp. 25.000/ Tim
    Tempat Pendaftaran      :  1) Andi (POM Payak), 2) Agus Totok (Balai Desa Srimartani), Jabidi (Pos Piyungan), 4) Bisri (Depan Bidan Martuti Kembangsari).
    Waktu pendaftaran        : 1 s/d 10 Nop 2012
    Fasilitas                         : Konsumsi, Sticker dan Piagam

C.      Penilaian Lomba

    Kriteria penilaian Lomba    : Kekompakan, Wawasan /Pengetahuan dan Kepedulian Lingkungan
    Hadiah                         : Trophy dan Doorprize

D.      Lain-lain

    Pengetahuan                     : Simulasi  penanganan korban laka air dari SAR Bantul
    Hiburan                                               

Baca selengkapnya »

Pengurus

F.    KEPENGURUSAN
Ketua I            : Amat Yani, S.IP
Ketua II            : Sabdono
Sekretaris            : Agus Totok Utoro
Bendahara        : Jumarno


Anggota        :
1.    Graito
2.    Bejo
3.    Widodo
4.    Jabidi
5.    Sukro
6.    Sigit
7.    Bisri
8.    Waluyo
9.    Julung Wangi Setiawan
10.    Sunardi
Baca selengkapnya »

Kegiatan

KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN
 
-Kampanye Kali Bersih
-Kampanye Kali bersih dilaksanakan dengan mengadakan kegiatan Lomba Mancing dan Panen Raya. Tahun 2011 sudah ada dua kelompok yang melakukan kegiatan tersebut, yakni kelompok Pakarti Mudo Pos Piyungan dan Kelompok Kembangsari.
-›Kegiatan semacam ini sangat efektif untuk mensosialisasikan pentingnya sungai bersih dan himbauan untuk tidak membuang sampah di sungai.
-Pemasangan Papan Himbauan
-›Papan himbauan sebagai media untuk mengingatkan kepada masyarakat, agar pemanfaatan sumberdaya alam sungai tidak dengan cara-cara yang merusak seperti Strum, obat, jala-jaring dan sebagainya.
Papan himbauan telah dipasang di 9 titik kawasan yang dilintasi sungai/kali gawe;

1.    Kembangsari
2.    Kwasen
3.    WanujoyoKidul
4.    PosPiyungan
5.    DuwetGentong

6.    Ngijo
7.    Pangkah
8.    Payak
9.    Cikal
 KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN
 
-Pembangunan TPS
-Sampah sungai hingga saat ini belum dapat terselesaikan dengan baik. Kegiatan kerjabakti pembersihan sungai  yang pernah dilaksanakan seolah hanya membuang energy.
-Permasalahan sampah sungai, bukan hanya masalah lokal, namun bisa regional mengingat akan melibatkan msyarakat lintas desa bahkan lintas kabupaten.
-TPS menjadi alternatif pertama sebagai sarana untuk menampung sampah sebelum nanti dikelola dengan pemilahan.
-Pengawalan Regulasi Sungai
-Tahun 2010 Komunitas Kalijaga pernah membuat draft Peraturan Desa tentang Pengelolaan Kawasan Sungai sebagai upaya agar ada perhatian serius dari pemerintah desa terhadap sungai.
-Draft Perdes tersebut masih dalam pembahasan, dan mudah-mudahan dapat terealisasi.
-Penetapan Kawasan Hijau
-Pemetaan wilayah dalam konteks mitigasi bencana maupun dalam rangka menjaga kelestarian alam sangatlah penting.
-Pembangunan kawasan sungai diharapkan tetap berpedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan bukan semata-mata untuk kepentingan sesaat.
Baca selengkapnya »

Tentang Komunitas Kalijaga

Latar Belakang
 -Di kecamatan Piyungan terdapat beberapa sungai dan anak sungai. Sungai    yang sepanjang musim selalu mengalir diantaranya adalah Kali Gawe, Kali Opak dan Kali Winih.
-Sungai ini memiliki banyak fungsi, disamping untuk sarana irigasi, MCK, juga berfungsi sebagai salah satu sumber mata pencaharian sebagian masyarakatBahkan sebagian masyarakat yang memiliki hobimancingtak jarang selalu berada dikawasan ini.
-Kelestarian ekosistem sungai ternyata berpengaruh sekali terhadap lingkungan sekitar. Pada era tahun 1980-an banyak didapati warga masyarakat yang mengandalkan hidupnya sebagai pencari ikan baik disepanjang Kali Opak maupun Kali Gawe. Namun akhir-akhir ini jarang didapati warga yang mencari ikan disungai, karena memang sudah jarang sekali terdapat ikan yang besar.
 PERMASALAHAN
    -Ketidak seimbangan ekosistem juga berpengaruh terhadap kelompok petani ikan dibeberapa tempat, seperi; Kembangsari, Kwasen, Wanujoyo, Pos Piyungan dan lain-lain.. Dengan langkanya ikan di sungai, menyebabkan rantai makanan menjadi terputus. Lingsang (Regul) yang dahulunya adalah predator dengan memangsa ikan di sungai, sekarang lebih sering menyerang kolam-kolam milik petani sehingga mengakibatkan kerugian di kalangan petani ikan.
-Langkanya ikan disungai, dan rusaknya ekosistem sungai disebabkan oleh beberapa hal;
-Pengerukan pasir dan batuan sungai, menyebakan arus air sungai menjadi deras dan rumpun persembunyian ikan menjadi hilang.
-Pencarian ikan dengan cara mengobat, setrum maupun jala-jaring, mengakibatkan ikan yang kecil-kecil ikut mati. Sehingga kelangsungan hidup ekosistem sungai menjadi punah.
-Pembuangan sampah dan limbah ke sungai, menyebabkan air sungai menjdi kotor dan beracun sehingga ikan tidak bisa hidup di air tersebut.
 TUJUAN
         -Mengembalikan keseimbangan alam,
-Menjaga kelestarian sungai dan ekosistem yang ada di dalamnya,
-Mengurangi kerugian petani ikan akibat serangan lingsang (regul),
-Mewacanakan kawasan wisata sungai di wilayah kecamatan Piyungan
Baca selengkapnya »